KH Said Aqil bersama Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di Pendopo Bupati,
Purwakarta (SI Online) -
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi terus mengundang sejumlah tokoh
kontroversial untuk mendukung tindak-tanduknya yang dinilai oleh
kalangan ulama telah masuk pada kemusyrikan. Setelah sukses mengundang
budayawan Emha Ainun Najib dan Cak Nun pun habis-habisan membela Dedi,
pada Senin (14/12) kemarin, Dedi mengundang Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siradj. Hasilnya, habis-habisan pula Said Aqil mendukung Dedi dan
sebaliknya menyalahkan FPI.
Bukan hanya menyalahkan, Said Aqil menegaskan bila dirinya sudah lama menginginkan Front Pembela Islam (FPI ) dibubarkan.
"Jangan dihiraukan tudingan tak berdasar
seperti itu agar tidak memicu konflik. Tetapi, kalau meresahkan dan
memprovokasi, lebih baik ormas seperti itu (FPI) dibubarkan saja,"
ungkap Said Aqil saat berceramah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad
Saw di Pendopo Bupati Purwakarta, Senin (14/12/2015), seperti dikutip Tempo.co.
Bukan hanya saat ceramah, penegasan Said
kembali disampaikan usai ceramah. "Sejak lama PBNU mendorong supaya FPI
itu dibubarkan," ujar Said seperti dikutip Republika.co.id.
Said mengklaim, Indonesia tidak
memerlukan ormas seperti FPI. yang dia tuding mengklaim diri sebagai
organisasi aliran garis keras. Menurutnya, aliran seperti ini, sangat
tak cocok diterapkan di tanah air. Apalagi, Indonesia bukan negara yang
sedang berperang. Melainkan, negara cinta damai. "Jadi, buat apa ada
ormas seperti itu," ujarnya.
Karena itu, terkait peringatan keras yang
disampaikan Habib Rizieq Syihab atas budaya syirik di Purwakarta, Said
Aqil meminta masyarakat Purwakarta, Jawa Barat, tidak menghiraukannya.
Menurut Said Aqil, umat Islam di
Purwakarta yang ia pantau sejauh ini tidak dalam kondisi seperti yang
digambarkan FPI. Sebab, kegiatan keagamaan di Purwakarta tumbuh subur
dan tak pernah ada keluhan apa pun.
Kata Said, ihwal topik kebudayaan yang
selalu diusung Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dalam berbagai kesempatan,
sedikit pun tak ada yang bertentangan dengan masalah akidah Islam,
apalagi sampai menimbulkan darurat akidah seperti ditudingkan FPI.
Pria kelahiran Cirebon tersebut
beralasan, penyebaran dan dakwah Islam di Indonesia jangan sampai
meninggalkan pendekatan budaya dan menimbulkan perang, apalagi
pertumpahan darah. Mengingat Indonesia memiliki keberagamaan suku dan
budaya.
“Islam adalah agama yang terbuka dengan
budaya. Islam datang ke Indonesia sejak berdirinya Majapahit dan
berkembang menggunakan pendekatan budaya tanpa adanya paksaan,” Aqil
menjelaskan.
Menurut Aqil, Nabi Muhammad pada saat
berdakwah dan menyebarkan Islam di Madinah, misalnya, tetap berupaya
menghormati budaya yang tumbuh dan berkembang di sana dengan tetap
menghormati peradaban dan membangun asimilasi budaya. Sebab, di sana
banyak terdapat suku bangsa, baik yang Muslim maupun non-Muslim.
"Rasulullah selalu memperlakukan
masyarakatnya sama. Tidak menghendaki permusuhan, kecuali yang melanggar
hukum," Aqil menegaskan.
Ia mengimbau agar cara berdakwah selalu
mengedepankan ketenangan dan kedamaian seperti yang dicontohkan
Rasulullah ketika berdakwah di Mekah. "Selama 13 tahun berdakwah,
Rasulullah tidak langsung menghancurkan berhala. Namun beliau selalu
lebih mengedepankan ketenangan dalam berdakwahnya," ia menambahkan.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama,
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, budaya Sunda tidak pernah
bertentangan dengan ajaran Islam. Ia mengharapkan tidak terjadi salah
tafsir ketika budaya Sunda dipakai dalam beragama.
“Contohnya, masyarakat Sunda yang
membangun persenyawaan diri dengan alam, seperti tanah, air, udara, dan
matahari. Itu budaya. Dari persenyawaan tersebut lahirlah bentuk
kepasrahan kepada qadha dan qadar,” Dedi menjelaskan buah akal pikirnya.
Pernah Sebut Dedi Kyai Haji
Ternyata, bukan kali ini saja Said Aqil memuja-muji Dedi Mulyadi. Seperti dilaporkan Rmoljabar.com, pada Rabu (03/06/2015) lalu Said Aqil malah pernah menyebut Dedi dengan panggilan Kyai Haji Dedi Mulyadi.
Hal ini lantaran Said Aqil mengaku kagum
dengan ide-ide brilian yang disampaikan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi
saat memberikan sambutan dalam Halaqoh Kebangsaan di Bale Sawala
Yudistira, Rabu (03/6).
"Yang saya hormati KH Dedi Mulyadi. Nggak
ada kepentingan apa-apa, saya kagum dengan ide-ide brilian pak Dedi.
Ide yang disampaikannya sesuai dengan tujuan NU," ujar Said.
Salah satu masukan Bupati Dedi kepada NU
yaitu, terkait fatwa yang sifatnya menyejahterakan rakyat. Seperti
contohnya, ulama bekerjasama dengan pemerintah membuat fatwa misalnya di
Purwakarta, masyarakat di Purwakarta mewajibkan saat bulan puasa
memakan pisang Bagja hasil tanah rakyat.
0 comments:
Post a Comment