Jakarta
– KabarNet: Hari NATAL adalah bagian dari prinsip-prinsip agama
Nasrani, mereka meyakini bahwa di hari inilah Yesus Kristus dilahirkan.
Di dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Christmas, Christ berarti
Kristus sedangkan Mass berarti perayaan atau perkumpulan jadi bahwa
pada hari itu banyak orang berkumpul mengingat atau merayakan hari
kelahiran Kristus. Dan Kristus menurut keyakinan umat Kristiani adalah
Allah yang menjelma.
Ucapan selamat NATAL bukan sekedar
penghormatan atau bagian dari toleransi beragama, namun merupakan
persoalan yang sangat PRINSIP dalam agama Islam dan jika diucapkan oleh
seorang muslim dapat merusak AQIDAHNYA. Tentu saja pemberian ucapan
selamat NATAL baik dengan lisan, telepon, maupun sms berarti orang
tersebut sudah memberikan pengakuan terhadap ketuhanan yesus dan rela
dengan prinsip-prinsip agama nasrani.
Artinya, seorang muslim yang mengucapkan
SELAMAT NATAL, walaupun TIDAK ADA NIAT pengakuan terhadap ketuhanan
yesus, tetap saja hal itu dilarang. Sebab Allah Ta’ala sangat murka
dengan ritual penyekutuan Allah, seperti peringatan HARI KELAHIRAN
YESUS. Bagaimana seorang muslim ikut serta mengucapkan SELAMAT kepada
mereka yang jelas-jelas melecehkan Allah Ta’ala?…Maka jelaslah sudah,
sekalipun dalam ucapan itu TIDAK ADA NIAT, pantaskah kita ikut rela dan
senang terhadap mereka yang melecehkan dan ingkar terhadap keesaan Allah
SWT dengan alasan toleransi?..
Apalah artinya mengucapkan sepatah kata
dengan alasan toleransi, namun akhirnya sepatah kata itu pula yang akan
menjerumuskan kita ke dalam jurang JAHANNAM. Na’udzubillah Min Dzalik!..
Namun Seperti biasa, Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) PBNU Prof. DR.KH.Said Agil Siradj kembali
mengundang masalah. Kali ini ia mengatakan, ucapan selamat NATAL boleh
saja disampaikan kepada umat Kristiani demi kerukunan umat beragama. Ia
mengatakan, dirinya selalu mengucapkan NATAL kepada tetangganya yang
umat Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Seolah ia tidak
memperdulikan hal-hal yang membahayakan AQIDAH umat Islam.
Bahkan Aqil Siradj berani menjamin dan memastikan warga NU imannya tidak akan luntur. Hal itu dikatakan saat wawancara dengan Harian Rakyat Merdeka, Jumat 21 Desember 2012. Saat ditanya Kalau di NU bagaimana? Ia menjawab:
“Kalau saya yakin umat Islam, terutama warga NU tidak luntur imannya
kepada Allah walaupun mengucapkan selamat NATAL. Saya pastikan akidahnya
tidak akan bergeser dan berkurang atau luntur imannya kepada Allah.
Maka menurut saya, tidak perlu dilarang seperti itu”…
Rupanya Prof.DR.KH.Said Agil Siradj ini
tidak memahami dengan benar makna NATAL, padahal peringatan hari NATAL
adalah Hari Lahir Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan. Bahkan yang lebih
hebat, Profesor ini bisa memastikan akidah warga NU tidak akan bergeser.
Padahal Rasulullah SAW selalu mengingatkan kepada umatnya untuk menjaga
KEIMANAN. Beliau SAW tidak menjamin keimanan para sahabat walaupun
Beliau SAW memuji akan keimanan para sahabat. Ternyata Profesor ini
lebih hebat dan berani menjamin keimanan warga NU.
Pernyataan Ketua PBNU yang bertitel
Profesor tersebut mendapat tanggapan dari Ketua FPI DKI Jakarta, Habib
Salim Selon bin Umar Al-Attas. Ia menuturkan, mengucapkan SELAMAT NATAL
kepada orang kafir hukumnya HARAM!, sebab berarti merestui dan mengakui
kelahiran Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan, ASTAGHFIRULLAH!..
“Secara Terminologi, dalam
Ensiklopedi Americana dan Britanica bahwa NATAL itu artinya Hari Lahir
Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan. Jadi, SELAMAT NATAL berarti Selamat
Hari Lahir Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan. Apa itu tidak melunturkan
iman?!.. Karenanya, HARAM umat Islam ucapkan SELAMAT NATAL. Jika ada
siapa pun ucapkan SELAMAT NATAL kepada umat Islam, jawab saja yang
tegas: “LAM YALID WA LAM YUULAD”, pesan Habib Salim kepada redaktur fpi.or.id, Jum’at, 08 Shafar 1434 H.
Oleh karena itu, seorang muslim wajib
bersikap tegas dan jelas kepada mereka yang menuduh Allah punya anak.
Mana mungkin seorang muslim sejati akan ikut serta merayakan,
mengucapkan selamat atas perayaan NATAL yang jelas-jelas menyekutukan
Allah?..
Ingat! merayakan Hari NATAL bukan bentuk
toleransi antar umat beragama, tapi bentuk pencampur-adukkan aqidah
antara HAQ dengan BATHIL dan menjerumuskan kalangan awam dari umat Islam
yang kebanyakan lemah iman dan hal itu tidak akan menyuburkan
keharmonisan hubungan antar Islam dengan Nashrani, tapi akan menyuburkan
PENDANGKALAN AQIDAH yang bisa mengantarkan kepada pemurtadan.
0 comments:
Post a Comment