GOOGLE SEARCH

Saturday 4 February 2017

Said Agil vs Salim Selon, Ronde 5


 
Jakarta – KabarNet: Menjelang Pilgub DKI Jakarta, tanggal 20 September 2012 nanti, Umat Islam dihimbau agar hati-hati dalam memilih pemimpin. Perlu diketahui, bagi warga Muslim haram hukumnya memilih pemimpin dari non-Islam. Bukan hanya untuk Presiden, gubernur dan Walikota/bupati, bahkan untuk pemimpin tingkat RT sekali pun.
Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Al-Ijma’ yang melarang umat Islam untuk menjadikan orang di luar Islam sebagai pemimpin. Hal tersebut sebelumnya telah dibeberkan dalam Maklumat Politik FPI Terkait Pilgub DKI Jakarta. Bahkan DPP – FPI sejak berdiri pada Tahun 1998 silam, mengharamkan umat Islam Indonesia untuk memilih, mengangkat dan menjadikan orang non Islam sebagai pemimpin di semua tingkatan pemerintahan, kecuali di wilayah minoritas muslim.
Namun lagi-lagi, Ketua Umum PBNU Prof. DR.KH.Said Agil Siraj melontarkan pernyataan yang tak waras. Ia menyatakan kepada sejumlah media massa bahwa tidak ada problem bagi non muslim menang pilkada dan memimpin DKI Jakarta, sambil mencatut pernyataan Ibn Taimiyyah dalam kitab As-Siyaasah Asy-Syar’iyyah bahwa keadilan bersama pemimpin non-muslim jauh lebih baik daripada kezaliman bersama pemimpin muslim. Ia pun berargumentasi dengan kesiapan Gubernur Kafir Kalbar membantu pelaksanaan MTQ Internasional NU di Pontianak beberapa waktu lalu yang menelan biaya tidak kurang dari lima milyar rupiah.
Atas pernyataan KH.Said Agil Siraj tersebut, Ketua FPI DKI Jakarta Habib Salim Selon Alattas angkat bicara, menurutnya Said Agil adalah orang yang memusuhi Wahabi dan membenci Syeikh Ibn Taimiyyah, anehnya Said Agil malah mencatut namanya untuk kepentingan membela diri.
“Sejak kapan Said Agil jadi pengikut Ibn Taimiyyah ?! Sejak kapan NU dibawa jadi Wahabi ?! Setahu ane, Said Agil itu paling benci terhadap Ibn Taimiyyah dan sangat memusuhi Wahabi. Kok, justru kini jadi Tukang Catut namanya ?! Lagi pula Ibn Taimiyyah tidak pernah menghalalkan orang kafir memimpin umat Islam. Pernyataan Ibn Taimiyyah tersebut bukan dalam konteks sebagaimana yang dimaksud Said Agil, melainkan penjelasan bahwa keadilan walau datang dari orang kafir lebih baik dari kezaliman yang dilakukan muslim mana pun”, kata Habib Salim Selon kepada Redaktur fpi.or.id, Selasa (04/09/2012).
Ada pun soal kepemimpinan, Habib Selon mengatakan, bahwa KEKAFIRAN adalah KEZALIMAN besar. “Said Agil harus sadar dan insyaf bahwa kekafiran adalah sebesar-besarnya kezaliman, sehingga kalau pemimpin muslim zalim saja harus ditolak, apalagi pemimpin kafir, karena kekafiran adalah kezaliman paling besar. Sedang argumen Said Agil terkait kesiapan Gubernur Kafir Kalbar membantu MTQ Internasional NU milyaran rupiah, sehingga Kafir boleh pimpin Muslim, merupakan bukti tak terpungkiri bahwa Said Agil ikut Thoriqoh Liberal dengan Madzhab Fulus. Bagi Thoriqoh Liberal, jangankan Kafir jadi pemimpin, monyet aje boleh, asal disetujui suara mayoritas!”, lanjut Habib.
Sebelum menutup pembicaraanya, Habib Selon menjelaskan Soal Fulus, ada istilah dalam masyarakat Arab Betawi yang berbunyi, “Fii Fuluus mulus bagus, Maa Fii Fuluus kurus mamfus”. Jadi, Said Agil bukan beda pendapat, tapi beda pendapatan!”, cetus Habib sambil berlalu.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons