
Jakarta
– KabarNet: Menjelang Pilgub DKI Jakarta, tanggal 20 September 2012
nanti, Umat Islam dihimbau agar hati-hati dalam memilih pemimpin. Perlu
diketahui, bagi warga Muslim haram hukumnya memilih pemimpin dari
non-Islam. Bukan hanya untuk Presiden, gubernur dan Walikota/bupati,
bahkan untuk pemimpin tingkat RT sekali pun.
Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Al-Ijma’ yang melarang umat Islam untuk menjadikan
orang di luar Islam sebagai pemimpin. Hal tersebut sebelumnya telah
dibeberkan dalam Maklumat Politik FPI Terkait Pilgub DKI Jakarta. Bahkan
DPP – FPI sejak berdiri pada Tahun 1998 silam, mengharamkan umat Islam
Indonesia untuk memilih, mengangkat dan menjadikan orang non Islam
sebagai pemimpin di semua tingkatan pemerintahan, kecuali di wilayah
minoritas muslim.
Namun lagi-lagi, Ketua Umum PBNU Prof.
DR.KH.Said Agil Siraj melontarkan pernyataan yang tak waras. Ia
menyatakan kepada sejumlah media massa bahwa tidak ada problem bagi non
muslim menang pilkada dan memimpin DKI Jakarta, sambil mencatut
pernyataan Ibn Taimiyyah dalam kitab As-Siyaasah Asy-Syar’iyyah bahwa
keadilan bersama pemimpin non-muslim jauh lebih baik daripada kezaliman
bersama pemimpin muslim. Ia pun berargumentasi dengan kesiapan Gubernur
Kafir Kalbar membantu pelaksanaan MTQ Internasional NU di Pontianak
beberapa waktu lalu yang menelan biaya tidak kurang dari lima milyar
rupiah.
Atas pernyataan KH.Said Agil Siraj
tersebut, Ketua FPI DKI Jakarta Habib Salim Selon Alattas angkat bicara,
menurutnya Said Agil adalah orang yang memusuhi Wahabi dan membenci
Syeikh Ibn Taimiyyah, anehnya Said Agil malah mencatut namanya untuk
kepentingan membela diri.
“Sejak kapan Said Agil jadi pengikut Ibn
Taimiyyah ?! Sejak kapan NU dibawa jadi Wahabi ?! Setahu ane, Said Agil
itu paling benci terhadap Ibn Taimiyyah dan sangat memusuhi Wahabi. Kok,
justru kini jadi Tukang Catut namanya ?! Lagi pula Ibn Taimiyyah tidak
pernah menghalalkan orang kafir memimpin umat Islam. Pernyataan Ibn
Taimiyyah tersebut bukan dalam konteks sebagaimana yang dimaksud Said
Agil, melainkan penjelasan bahwa keadilan walau datang dari orang kafir
lebih baik dari kezaliman yang dilakukan muslim mana pun”, kata Habib
Salim Selon kepada Redaktur fpi.or.id, Selasa (04/09/2012).
Ada pun soal kepemimpinan, Habib Selon
mengatakan, bahwa KEKAFIRAN adalah KEZALIMAN besar. “Said Agil harus
sadar dan insyaf bahwa kekafiran adalah sebesar-besarnya kezaliman,
sehingga kalau pemimpin muslim zalim saja harus ditolak, apalagi
pemimpin kafir, karena kekafiran adalah kezaliman paling besar. Sedang
argumen Said Agil terkait kesiapan Gubernur Kafir Kalbar membantu MTQ
Internasional NU milyaran rupiah, sehingga Kafir boleh pimpin Muslim,
merupakan bukti tak terpungkiri bahwa Said Agil ikut Thoriqoh Liberal
dengan Madzhab Fulus. Bagi Thoriqoh Liberal, jangankan Kafir jadi
pemimpin, monyet aje boleh, asal disetujui suara mayoritas!”, lanjut
Habib.
Sebelum menutup pembicaraanya, Habib
Selon menjelaskan Soal Fulus, ada istilah dalam masyarakat Arab Betawi
yang berbunyi, “Fii Fuluus mulus bagus, Maa Fii Fuluus kurus mamfus”.
Jadi, Said Agil bukan beda pendapat, tapi beda pendapatan!”, cetus Habib
sambil berlalu.
0 comments:
Post a Comment