Dalam perjalanan karirnya, Buya Hamka adalah seorang guru agama yang
dimulai pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan. Selain di Tebing
Tinggi, beliau juga menjadi guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Karir
Buya Hamka di dunia pendidikan semakin cemerlang yang kemudian membawanya diangkat
menjadi di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang
Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Tidak berhenti di situ saja,
kemudian Buya Hamka menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor
Universitas Mustopo, Jakarta.
Yang paling menarik dari Buya Hamka selain memang memiliki
kecemerlangan dalam berbagai ilmu Islam, tentu adalah pemikiran beliau mengenai
Islam itu sendiri. Buya Hamka sendiri adalah seorang otodidak yang mempelajari
berbagai cabang ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik,
baik Islam maupun Barat. Dengan keahlian dalam bahasa Arab, Buya Hamka bisa
mempelajari berbagai karya ulama klasik dan pujangga dari Timur Tengah seperti
Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain
Haikal.
Buya Hamka adalah seorang tokoh Muhammadiyah tulen, beliau aktif di
organisasi tersebut, Bahkan Buya Hamka juga terpilih menjadi ketua Majlis
Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto
pada tahun 1946. Kemudian pada tahun 1953, Buya Hamka dipilih menjadi penasihat
pimpinan Pusat Muhammadiyah dan kemudian pada 26 Juli 1977 Buya Hamka diangkat
sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia namun kemudian memutuskan
mungundurkan diri.
Sebagai seorang Muhammadiyah, tentu pandangan Buya Hamka tidak sama
dengan kebanyakan warga NU. Terutama dalam persepsi mengnai perayaan Maulid
Nabi Muhammad SAW dan doa Qunut. Buya Hamka begitu keras menolak peryaan Maulid
Nabi dan menggunakan doa Qunut waktu Sholat Subuh. Penolakan tersebut tentu
menurut beliau karena kedua amalan tersebut tidak ada dalilnya dan tidak
berdasar. Namun yang menarik adalah, pada masa-masa tua beliau, ada yang
menyebutkan bahwa beliau melakukan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan juga melakukan
doa Qunut.
Atas keanehan tersebut, beberapa santri yang kemudian bertanya, kenapa
Buya Hamka melakukan hal itu. Buya Hamka pun menjawab, bahwa dulu beliau
merlarang hal itu karena masih mengaji sati kitab, sekarang (Buya Hamka sudah
tua), ngajinya sudah seribu kitab, maka beliau pun melakukannya. Bahkan lebih
khusus, terkait doa qunut ini, ada cerita menarik antara Buya Hamka, yang
pembesar Muhammadiyah dan KH. Idham Cholid yang merupakan pembesar NU.
Pada suatu ketika, beliau berdua berada dalam satu kapal yang akan
menuju Mekkah untuk melaksanakan Haji. Beliau berdua dan beberapa jamaah
kemudian melaksanakan Sholat Shubuh, di hari pertama, KH. Idham Cholid yang
menjadi imam. Ketika melangsungkan sholat tersebut, KH. Idham Cholid tidak
melakukan doa qunut, padahal di kalangan NU doa Qunut pada Sholat Subuh adalah
seperti kewajiban. Setelah selesai sholat, Buya Hamka pun bertanya kepada Idham
Cholid kenapa tidak melakukan Qunut. KH. Idham Cholid kemudian menjawab, “Saya
tidak membaca doa Qunut karena yang menjadi makmum adalah Pak Hamka. Saya tak
mau memaksa orang yang tak berqunut agar ikut berqunut.”
Hari selanjutnya, giliran Buya Hamka yang menjadi Imam Shubuh, sungguh
mengejutkan, Buya Hamka justru melakukan doa Qunut pada Sholat Shubuh tersebut.
Padahal dalam amaliyah Muhammadiyah, doa Qunut dikatakan bid'ah yang tidak
boleh dikerjakan. Atas keganjilan tersebut, tentu KH. Idham Cholid pun juga
menanyakan hal itu pada Buya Hamka.
Idham Cholid : “Mengapa Pak Hamka tadi membaca doa Qunut Shubuh saat
mengimami salat?”
Buya Hamka : “Karena saya mengimami Pak Kyai Idham Chalid, tokoh NU
yang biasa berqunut saat shalat Shubuh. Saya tak mau memaksa orang yang
berqunut untuk tidak berqunut,” jawab Buya Hamka merendah.
Atas kejadian tersebut, akhirnya kedua ulama besar tersebut berpelukan
hangat dan para jamaah pun menjadi terharu dan berkaca-kaca. Sungguh contoh dan
tauladan yang sangat luar biasa dari kedua ulama besar Indonesia ini.
Biodata Buya Hamka
Tanggal Lahir : 17 Februari 1908
Tempat Lahir : Bendera Belanda Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam,
Sumatera Barat
Meninggal : 24 Juli 1981 (umur 73)
Nama pena : Hamka
Kewarganegaraan ; Indonesia
Tema : Roman, tafsir Al-Quran, sejarah Islam
Angkatan : Balai Pustaka
Karya terkenal : Tafsir Al-Azhar
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Di Bawah Lindungan Ka'bah
Pasangan : Sitti Raham
Sitti Khadijah
Orangtua : Abdul Karim Amrullah (ayah)
Kerabat : Ahmad Rasyid Sutan Mansur (kakak ipar)
Karya Tulis Buya Hamka
- Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
- Si Sabariah. (1928)
- Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
- Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
- Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
- Kepentingan melakukan tabligh (1929).
- Hikmat Isra' dan Mikraj.
- Arkanul Islam (1932) di Makassar.
- Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
- Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.
- Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
- Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
- Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
- Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
- Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
- Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
- Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
- Tuan Direktur 1939.
- Dijemput mamaknya,1939.
- Keadilan Ilahy 1939.
- Tashawwuf Modern 1939.
- Falsafah Hidup 1939.
- Lembaga Hidup 1940.
- Lembaga Budi 1940.
- Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepang 1943).
- Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
- Negara Islam (1946).
- Islam dan Demokrasi,1946.
- Revolusi Pikiran,1946.
- Revolusi Agama,1946.
- Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
- Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
- Didalam Lembah cita-cita,1946.
- Sesudah naskah Renville,1947.
- Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
- Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
- Ayahku,1950 di Jakarta.
- Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
- Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
- Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
- Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
- Kenangan-kenangan hidup 2.
- Kenangan-kenangan hidup 3.
- Kenangan-kenangan hidup 4.
- Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
- Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
- Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
- Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
- Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
- Pribadi,1950.
- Agama dan perempuan,1939.
- Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
- 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
- Pelajaran Agama Islam,1956.
- Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
- Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
- Empat bulan di Amerika Jilid 2.
- Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
- Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
- Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
- Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
- Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
- Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
- Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
- Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
- Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
- Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
- Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
- Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.
- Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
- Himpunan Khutbah-khutbah.
- Urat Tunggang Pancasila.
- Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
- Sejarah Islam di Sumatera.
- Bohong di Dunia.
- Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
- Pandangan Hidup Muslim,1960.
- Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
0 comments:
Post a Comment